TEKNOLOGI PENDIDIKAN BAB 10

Selasa, 17 Juli 2012

E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Perbedaan pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara penerapan model quantum learning dengan model pembelajaran ekspositori 2. Perbedaan pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan rendah. 3. Interaksi pengaruh terhadap pencapaian kompetensi belajar Pendidikan Kewarganegaraan antara model pembelajaran dan minat belajar. F. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini diharapkan dapatmemberikan manfaat sebagai berikut : 1. Segi Teoritis Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan mengenai upaya peningkatan pencapaian kompetensi belajar siswa dengan digunakannya beberapa alternative model pembelajaran, antara lain model pembelajaran quantum learning, terutama dari segi peningkatan minat belajar siswa. 2, Segi Praktis a. Bagi Guru 1) Menawarkan alternatif model pembelajaran yang mampu untuk meningkatkan minat belajar pada siswa, sehingga akan tercipta proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan efektif. 2) Meningkatkan kualitas komunikasi dengan siswa dalam proses pembelajaran. b. Bagi siswa : Menumbuhkan minat siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan pencapaian kompetensi belajarnya. c. Bahan pertimbangan bagi dinas pendidikan dan pihak terkait dengan peningkatan mutu pendidikan dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penggunaan model quantum learning.

TEKNOLOGI PENDIDIKAN BAB 9

3. Proses pembelajaran mata pelajaranPendidikan Kewarganegaraan belum terlaksana dengan nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bagaimanakan proses pembelajaran yang tepat agar siswa dapat merasa nyaman dan senang mengikuti pembelajan Pendidikan Kewarganegaraan ? 4. Belum digunakannya model pembelajaran yang dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan yang mampu meningkatkan keaktifan siswa. Bagaimanakah model pembelajaran yang tepat sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran ? 5. Belum tersentuhnya faktor-faktor lain seperti minat belajar yang pada kenyataannya sangat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi dan hasil belajar siswa. Bagaimanakah cara yang dapat ditempuh untuk mengoptimalkan faktor minat belajar ? C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka peneliti dalam hal inimembatasi permasalahan sebagai berikut ; 1. Usaha peningkatan pencapaian kompetensi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 2. Masalah model pembelajaran yang tepat diterapkan. Model quantum learning diharapkan mampu menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan, serta mampu meningkatkan keaktifan siswa. 3. Memperhatikan faktor minat belajar siswa yang diperkirakan juga berperan penting dalam usaha peningkatan pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. D. Perumusan Masalah Permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ; 1. Apakah terdapat perbedaan pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara penerapan model quantum learning dengan model pembelajaran ekspositori ? 2. Apakah terdapat perbedaan pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan rendah ?

TEKNOLOGI PENDIDIKAN BAB 8

Pada model ekspositori ini keterlibatan siswa dalamproses pembelajaran sangatlah sedikit. Semua rancangan pembelajaran sudah dipersiapkan sepenuhnya oleh guru, dan siswa tinggal menerima dan mengikuti saja dan menurut apa yang diperintahkan guru, kondisi ini sangat tidak menguntungkan karena sering menimbulkan rasa bosan, masa bodoh, dan rasa malas siswa dalam mengikuti pelajaran bahkan cenderung sekedarnya, tidak berminat mengikuti pelajaran dan bahkan merasa tertekan yang akibatnya pencapaian kompetensinya kurang baik., guru belum berani mencobakan model pembelajaran lain seperti model quantum learning yang lebih mengedepankan kepentingan perkembangan pribadi siswa, dan kebebasan berpikir dan berkreasi serta memberikan rasa senang dan nyaman mengikuti proses pembelajaran, yang menjadikan pencapaian kompetensi belajar siswa meningkat. Berdasar latar belakang dan perkiraan-perkiraan yang penulis kemukakan perlu diuji kebenarannya, untuk itulah kiranya perlu adanya penelitian mengenai pendekatan pembelajaran quantum, dan minat belajar serta pengaruhnya terhadap pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa SMA Negeri di Kabupaten X. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut ; 1. Masih rendahnya mutu sumber daya manusia Indonesia sehingga tidak mampu bersaing untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada di masyarakat. Bagaimanakah langkah yang dapat diambil dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia di Indonesia ? 2. Pencapaian kompetensi belajar matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang rendah, jauh dari kriteria kelulusan yang ideal membuktikan bahwa banyak siswa yang kurang menguasai materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bagaimanakah langkah yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ?

TEKNOLOGI PENDIDIKAN BAB 7

Manfaat lainnya adalah siswa akan mudah mempelajari konsep sesuai dengan tujuan pembelajaran yang pada gilirannya akan dapat mendorong peningkatan pencapaian kompetensi belajar siswa, karena dengan model quantum learning siswa akan mudah mempelajari konsep sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan memudahkansiswa belajar serta merupakan sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, ketrampilan, nilai dan konsep bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. (Dunne & Wragg dalamAnwar Jasin, 1996 : 12-13). Disamping itu untuk mencapai tujuan pembelajaran, diperlukan adanya minatsiswa untuk mengikuti pembelajaran. S.C. Utami Munandar (1992 : 11) menyatakan bahwa prestasi seseorang selalu dipengaruhi macam dan intensitas minatnya, anak yang berminat terhadap matematika akan bekerja keras untuk mencapai nilai yang tinggi dalam matematika. Minat belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dari dalam siswa yangmampu membangkitkan atau menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan belajar, yang terwujud dalam perilaku (1) ketertarikan pada suatu objek tertentu, (2) respon terhadap suatu objek tertentu, dan (3) keinginan terhadap sesuatu hal. Ketertarikan, respon dan keinginan terhadap suatu hal, misalnya terhadap kegiatan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan dapat mendorong siswa dengan sungguh-sungguh mengikuti proses pembelajaran, dan mempelajari materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga akan dapat meningkatkan pencapaian kompetensi belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Kenyataan dilapangan masih banyak guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang masih belum beranjak dari model pembelajaran lama, seperti ekspositori yang cenderung teacher centered learning, siswa lebih banyak bersikap pasif, mereka lebih banyak menerima informasi dari guru dalam bentuk ceramah, dan tanya jawab, kemudian melakukan peningkatan pemahaman melalui pemberian tugas yang di berikan oleh guru.

TEKNOLOGI PENDIDIKAN BAB 6

Dunne & Wragg dalam Anwar Jasin (1996 : 12-13) menjelaskanbahwa pembelajaran efektif mempunyai beberapa karakteristik antara lain memudahkan murid belajar dan merupakan sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, ketrampilan, nilai dan konsep bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai "suggestology" atau "suggestopodia". Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dansetiap detail apapun memberi sugesti positip dan negatip. Beberapa tekhnik yang digunakan adalah mendudukkan murid dengan nyaman, memasang musik latar dalam kelas, meningkatkanpartisipasi individu, menggunakan poster untuk memberi kesan menonjolkan informasi dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif. Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri, pelayanan pada gaya belajar visual, auditorial dan kinestik, belajar berdasar pengalaman serta simulasi/permainan. Sejalan dengan itu guru (pengajar) diharapkan mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam pembelajaran mata pelajaran termasuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan penggunaan model Quantum Learning yang memadukan metode pembelajaran yang variatif serta pengkondisian suasana belajar yang menyenangkan, dengan mendudukkan murid dengan nyaman, memasang musik latar dalam kelas, meningkatkanpartisipasi individu, menggunakan poster untuk memberi kesan menonjolkan informasi, dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diperkirakan akan dapat merangsang minat dan kecerdasan emosi siswa. Dengan demikian siswa yang tadinya tidak berminat mengikuti pembelajaran matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan menjadi berminat untuk mengikutinya.

TEKNOLOGI PENDIDIKAN BAB V

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 pasal 6 ayat 5 mengamanatkan bahwa, semua kelompok mata pelajaran sama pentingnya dalam menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah. Oleh karenanya perlu dicarikan jalan keluar bagaimana agar siswa memiliki minat dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang pada akhirnya bisa meningkatkan pencapaian kompetensi belajarnya. Tugas guru disamping menyampaikan materi juga menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang kondusif serta menarik bagi siswa untuk lebih giat belajar dan dapat memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajarnya. Sehingga diharapkan dengan rancangan pembelajaran yang tepat yang dibuat oleh guru maka siswaakan memiliki prestasi belajar yang maksimal. Untuk itu guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sangat beranekaragam dan kompleks. Tidaklah cukup bagi guru hanya menggantungkan diri pada satu pendekatan atau model pembelajaran. Bermodalkan kemampuan melaksanakan berbagai model pembelajaran, guru dapat memilih model yang sangat baik dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu atau yang sangat sesuai dengan lingkungan belajar atau sekelompok siswa tertentu serta dapat melibatkan secara aktif dalam proses belajar mengajar. Karena pada hakekatnya belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. Model Quantum Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya penggubahanbermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar situasi belajar, antara lain dengan menerapkan metode pembelajaran bervariasi serta pengkondisian suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat merangsang minat siswa. Dengan demikian siswa yang tadinya tidak berminat dengan sebuah mata pelajaran akan menjadi berminat untukmempelajarinya. Manfaat lainnya adalah siswa akan mudah mempelajari konsep sesuai dengan tujuan pembelajaran.

TEKNOLOGI PENDIDIKAN BAB IV

Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini, siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka untuk mencintai proses belajar dan mencintai satu sama lain. Dalam suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan pengisolasian siswa, sikap dan hubungan yang negatif akan terbentuk dan mematikan semangat siswa. Suasana seperti ini akan menghambat pembentukan pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu, pengajar perlu menciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga siswa bekerja sama secara gotong royong. Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui jalur pendidikan khususnya kelompok mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi,dan nepotisme. Dilihat dari cakupan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang begitu strategis bagi penyiapan sumber daya manusia pembangunan dimasa depan, sudah seharusnya pihak-pihak yang terkait dengan hal ini memberikan perhatian lebih, namun kenyataan dilapangan sungguh berbeda, karena seringkali mata pelajaran ini dianggap tidak begitu penting dibandingkan dengan mata pelajaran yang diujikan secara nasional, siswa kurang begitu berminat dalam mengikuti pembelajaran mata pelajaran ini, sehingga pencapaian kompetensi belajarnya kurang bisa memenuhi harapan.

TEKNOLOGI PENDIDIKAN BAB III

Mengajar tidak lagi dipahami sebagai proses menyampaikan ilmu pengetahuan dari guru ke peserta didik,melainkan lebih sebagai tugas mengatur aktivitas-aktivitas dan lingkungan yang bersifat kompleks daripeserta didik dalam usahanya mencapai tujuan pembelajaran. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar.Penerapan pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana peserta didik terbiasa menerima ilmu pengetahuan secara instan, menjadikannya kurang aktif dalam menggali ilmu pengetahuan dari berbagai sumber belajar. Sehingga untuk menyiasati perlu membuat strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pelajaran dan kemampuan dasar peserta didik (siswa). Strategi pembelajaran yang tepat akan membina siswa untuk berpikir mandiri dan menumbuhkan daya kreatifitas, dan sekaligus adaptif terhadap berbagai situasi. Guru perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. Kegiatan belajar mengajar harus lebih menekankan pada proses daripada hasil. Setiap orang pasti mempunyai potensi. Paradigma lama mengklasifikasikan siswa dalam kategori prestasi belajar seperti dalam penilaian ranking dan hasil-hasil tes. Paradigma lama ini menganggap kemampuan sebagai sesuatu yang sudah mapan dan tidak dipengaruhi oleh usaha dan pendidikan. Paradigma baru mengembangkan kompetensi dan potensi siswa berdasarkan asumsi bahwa usaha dan pendidikan bisa meningkatkan kemampuan mereka. Tujuan pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa. Penerapan sistem pengajaran dengan menggunakan model atau metode yangtepat akan memberikan suatu motivasi belajar yang lebih baik bagi anak didik, sehingga lebih berminat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar tersebut selain pendidiknya harus kreatif, dituntut pulaadanya partisipasi aktif dari siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain.

TEKNOLOGI PENDIDIKAN BAB II

Lebih lanjut dalam pasal 3 diamanatkan mengenai fungsi dan tujuan pendidikan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003 : 6-11). Salah satu permasalahan yang dihadapioleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiapjenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah (Depdiknas, 2001 : 1). Disamping permasalahan tersebut, permasalahan klasik di dunia pendidikan yang sampai saat ini belum ada langkah-langkah strategis dari pemerintah untuk mengatasinya antaralain adalah kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan, rendahnya tingkat relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Sebagian besar masyarakat merasa hanya memperoleh kesempatan pendidikan masih terbatas di tingkat sekolah dasar. Program pendidikan dasar masih belum merata di wilayah Indonesia, kurikulum pendidikan yang belum menyentuh pada kebutuhan dunia kerja, sarana prasarana pendidikan banyak yang kurang memadai bahkan sudah ketinggalan jaman, kualitas guru yang rendah, Dengan kondisi yang seperti ini maka harapan untuk dimilikinya sumber daya manusia yang berkualitas masih jauh dari kenyataan. Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. Guru menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses

TEKNOLOGI PENDIDIKAN BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang berkualitas akan bisa mengatasi keterbatasan yang ada dengan pemikiran dan inovasi yang dikembangkannya. Lebih-lebih di era globalisasi dewasa ini yang serba maju dibidang teknologi dan informasi, membutuhkan keberadaan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang baik, sehingga mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan yang sangat penting dan strategis guna menghadapi tantangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju dan canggih. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut telah membawa kitadalam era dengan masyarakat yang tidak dapat berkembang tanpa ilmu pengetahuan, karena setiap upaya peningkatan kesejahteraan hidup memerlukan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan globalisasi secara bersama-sama telah mengakibatkan persaingan yang semakin ketat tentang perlunya penyediaan SDM yang berkualitas, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kualitas SDM tidak bisa terlepas dari dunia pendidikan, dan pendidikan dapat dikatakan sebagai usaha sadar memanusiakan manusia atau membudayakan manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral, sesuai dengan kemampuan dan martabatnya sebagai manusia. Bahkan pendidikan diyakini sebagai kunci keberhasilan kompetisi masa depan. UU RI No 20 Tahun 2003 pasal 1 menjelaskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didiksecara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

CHAPTER V INTRODUCTION

4. Is there any correlation between habit in singing and listening to English songs and writing skill? 5. Is there any correlation between habit in singing and listening to English songs and listening skill? 6. Is there any correlation between vocabulary mastery and speaking skill? 7. Is there any correlation between vocabulary mastery and listening skill? 8. Is there any correlation between vocabulary mastery and reading skill? 9. Is there any correlation between vocabulary mastery and writing skill? 10. Is there any correlation between habit in singing and listening to English songs, vocabulary mastery and speaking skill? C. Problem Limitation The writer limits the problem of this thesis on the three variables, that is student's habit in singing and listening to English songs, vocabulary mastery, and speaking skill. The research subjectis the eleventh grade students of SMK X. The correlation method is used to examine the coefficient of correlation between the variables. D. Problem Formulation Based on the background of the study and problem limitation, the formula of the problem as follows : 1. Is there a positive significant correlation between habit in singing andlistening to English songs and speaking skill. 2. Is there a positive significant correlation between vocabulary mastery and speaking skill. 3. Is there a positive significant correlation between habit in singing andlistening to English songs, vocabulary mastery simultaneously and speaking skill? E. The Benefits of the Study The result of the research give information about students' habit in singing and listening to English songs, their vocabulary mastery, and their speaking skill. This information can be used to decide whether these factors must be improved or not. The result of the research gives information about the degree of correlation between students' habit in singing and listening to English songs, vocabulary mastery, and speaking skill.It can be used for the teacher to decide whether the speaking skill can be improved by the two factors

CHAPTER IV INTRODUCTION

The writer chooses the students of vocational school as the subject of the research because they can be categorized as teenage learners, and teenage learner usually like songs, game and something fun. An expert argues that teenage students are good language learners. Psychologically, they have been able to control their emotions. Teenagers, if they are engaged, have a great capacity to learn, a great potential for creativity, and a passionate commitment to thing which interest them. Furthermore students of vocational school are prepared to the real work world, they have to have good speaking skill for their communication with everyone. In this thesis, the writer tries to find out if there is significant correlation between habit in singing and listening to English songs, vocabulary mastery and speaking skill. The writer wants to learn if there is significant correlation between habit in singing and listening to English songs, the vocabulary mastery and the speaking skill. The writer just wants to investigate the contribution of students' habit in singingand listening to English songs, vocabulary mastery for their speaking skill. Therefore the results of this studycan be used as approach to teach speaking, especially for vocational school students. Based on the above description, the writer wants to carry out research to know whether there is a positive correlation between the students' habitin singing and listening to English songs,vocabulary mastery and their speaking skill, especially for the eleventh grade student of SMK X. B. Problem Identification Based on the background, the writer finds some problems, as follows : 1. Is there any correlation between habit in singing and listening to English songs and vocabulary mastery? 2. Is there any correlation between habit in singing and listening to English songs and speaking skill? 3. Is there any correlation between habit in singing and listening to English songs and reading skill?

CHAPTER III INTRODUCTION

Effective instructors teach students speaking strategies using minimal responses, recognizing scripts, and using language to talk about language that they can use to help themselves expand their knowledge of the language and their confidence in using it. These instructors help studentslearn to speak so that the students can use speaking to learn. Sometimes some habit may also influence student ability, for example a student who likes reading a book, improve his reading skill, a student wholikes listening to songs, improve his listening or speaking skill automatically, a singer who sings English song, usually has good pronunciation. In this research the writer tries to investigate the correlation of habit in singing and listening to English songs and speaking skill. The writer considers that so many language skills can be learnt from a song. There are so many advantages we can take from a song. By singing a song we can learn to speak English fluently. We can learn how to pronounce a word, understand the meaning of a word and also how to arrange words into a good sentence. Wecan also get more vocabulary from the song lyrics and learn another language skill such as listening, and also reading from a song. In this study the writer wants to find out whether there is a correlation between the students' habit in singing and listening to English songs and their language skills, that is speaking skill. In the speaking skill cannot be separated from other language skills such as vocabulary mastery. An expert says that vocabulary is the basics skill for communication. If someone does notrecognize the meaning of the key wordsused by those who addressed them, they will be unable to participate in the conversation. It means that the vocabulary mastery is also important factor in speaking skill. Therefore, in this study the writer also wants to find out whether there is a correlation between the students' vocabulary mastery and speaking skill.

CHAPTER II INTRODUCTION

A teacher has to master language skills, covering speaking, writing, listening, or reading. Therefore he can help the students to improve their language skills too. Every student has different ability in mastering language skill. Some students are good at speaking but not good at reading or writing conversely. Students have different intellectual abilities. They think and learn differently. Some learning patterns will have been developed as a result of the schooling experience where materials were largely presented in a way that benefited students with linguistic or numeric abilities. As a result innate learning styles may not have been developed and students may need to beencouraged to identify their own learning pattern. There are various ways of classifying differences in learning styles. Many theories and models have been proposed. Some learning styles classifications include : 1. Left and right brain thinkers 2. Auditory, visual and aesthetics learners 3. Activists, reflectors, theorists and pragmatists Each learner will have a preferred way in which to process information. In many instances, tutors will not have the time required to determine their students learning styles. Neither may the tutor have the expertise to analyze individual learning styles or conduct thetests that are available. The key consideration for tutors is not to rely on one teaching strategy. It is important to remember that some students don't learn very well by just listening and taking notes. Some may have a more limited attention span than others and like activity in class. Understanding the many ways in which people learn is crucial when planning and delivering a course. Students often think that the ability to speak a language is the product of language learning, but speaking is also a crucial part of the language learning process.

CHAPTER I INTRODUCTION

A. Background of the Study We communicate with each other, directly or indirectly in the society. In a direct communication, speaking skills become very important. Speaking is a productive skill in the oral mode. Speaking is more complicated than it seems at first and involves more than just pronouncing words. The purpose of real communication is to accomplish a purpose, such as conveying a message, obtaining information, or expressing an opinion. In real communication, participants must manage uncertainty about what the other person will say. Authentic communication involves an information gap; each participant has information that the other does not have. In addition, to achieve their purpose, participants may have to clarify their meaning or ask for confirmation of their own understanding. Some communication situations are associated with a predictable set of spoken exchanges - a script. Greetings, apologies, compliments, invitations, andother functions that are influenced by social and cultural norms often follow patterns or scripts. So do the transactional exchanges involved in activities such as obtaining information and making a purchase. In these scripts,the relationship between a speaker's turn and the one that follows it can often be anticipated. If we don't have good speaking skill, it may causes miss understanding one other. Good communication skills require a high level self-awareness. By understanding our personal style of communicating, we will go a long way towards creating good and lasting impressions with others. Many language learners regard speaking ability as the measure of knowing a language. These learners define fluency as the ability to converse with others, much more than the ability to read, write, or comprehend oral language. They regard speaking as the most important skill they can acquire, and they assess their progress in terms of their accomplishments in spoken communication.

°°kEbEnArAn°°

Tidak ada kebenaran mutlak di dunia ini. Segala sesuatunya adalah sesuatu yang relatif. Karna semua hanyalah refleksi dari imajinasi Tuhan. Kebenaran yang mutlak adalah bahwa Tuhan ada. ----------- Kau yang mencari kesempurnaan dalam hal apapun, ketahuilah, tidak ada yang kau dapatkan kecuali kekecewaan bertubi-tubi, layaknya jutaan panah menembus tubuhmu yang sedang berlari. Aku rasakan itu berkali-kali. Karna aku mencari kesempurnaan. Dan tidak ku dapatkan itu dimanapun, kecuali aku semakin sakit. Kesempurnaan itu sudah lama terabaikan olehku. Terlibas hasrat individualis, tertinggal di batas teori. Itu Tuhan. Dan cintailah Tuhan. Maka tak ada lagi yang kau ingin cari.

 

Alexa Rank

Best Friends

KUNJUNGI JUGA...
Mau menjadi teman? Join dulu dengan akun Blogger atau Google! dan silahkan setujui bertukar link disini

Backlinks

Free Backlinks Free Automatic Link Free Autom Backlink Generator Free Automatic Google Backlinks - SEO
Copyright © 2011- / Dewi | D2 PINK Color Themes 2012.All Right Reserved.
Created and Designer by : akaUTta (UT2A-WEB.INFO)
'WELCOME to Official Site'| Sebelumnya terima kasih banyak telah mampir kesini! dan Maaf untuk saat ini, karena blog ini masih dalam proses pembenahan. harap maklum yach...